Komponen pengapian seperti koil bisa jadi salah satu pelengkap sebagai peningkat performa, tapi awas bro/sis Honda Community jangan sampai salah beli. Pasalnya koil motor yang masih menganut tipe CDI sama motor yang sudah menggunakan ECU sebagai otak pengapiannya dan kelistrikannya, jelas beda.
“Tahanan atau resistor di koil untuk motor CDI, biasanya tahanannya berkisar di bawah 1,5 ohm. Tetapi kalau untuk motor injeksi, tahanannya bermain sekitar 2 ohm,” sebut Freddy A. Gautama dari Ultraspeed Racing.
Bedanya terkait soal cara kerjanya, pada koil CDI, output dari CDI dilipatgandakan lagi oleh koil. Misalnya, dari output yang keluar sekitar 200 volt, maka oleh koil dilipatgandakan menjadi 20.000 volt.
“Kalau koil di motor injeksi, energi memang dikeluarkan oleh koil. Tapi, hanya bersifat sebagai penghantar saja. Karena tugas buat mengatur percikan api sudah dikerjakan ECU. Bisa dibilang, ECU yang mengkontrol kapan api harus memercik dan tidak,” tambah Freddy.
Perbedaan kedua pada koil ini adalah di durasi percikan. Di CDI, durasi spark alias percikannya api, pendek. Sebaliknya, jika di koil injeksi, percikannya bisa diubah. Bisa dibuat lebih panjang, meski hitungannya dalam satuannya mili second (ms). Namun, untuk mengubahnya, harus dilakukan mapping pada ECU/ECM.
Di koil injeksi, proses untuk membuat percikan api lebih besar juga tergantung dari voltase aki. Jadi bukan dari CDI. Jika arus aki makin stabil, maka percikan makin bagus. Ini, ada kaitannya dengan mengapa jika motor injeksi enggak pakai aki, mogok. “Kecuali jika ada kapasitor. Part ini, sedikit menyimpan arus listrik. Tapi, itupun bersifat sementara,” sebut Freddy yang berkacamata.
Biasanya tegangan puncak yang dikeluarkan koil tipe CDI lebih kecil ketimbang koil injeksi. “Di koil tipe motor injeksi, tegangan puncak primer koil lebih besar,” tutup Endro Sutarno, Technical Service Development PT Astra Honda Motor (AHM).